*Mengantar Jenazah, Berdzikir Dengan Suara Keras Atau Diam?*
Mengiring atau mengantarkan jenazah hingga menyaksikan mayat dikuburkan memiliki keutamaan yang besar sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits sahih dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda:
مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّيَ فَلَهُ قِيرَاطٌ وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ
_"Barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga ikut menyolatkannya maka baginya pahala satu qirath, dan barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga ikut menguburkannya maka baginya pahala dua qirath". Ditanyakan kepada beliau, "Apa yang dimaksud dengan dua qirath?" Beliau menjawab, "Seperti dua gunung yang besar"._ (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Ada perkara penting yang perlu diperhatikan dalam masalah mengantarkan jenazah. Secara realita kita dapati sebagian orang ketika mengantarkan jenazah ke kuburan, mereka berdzikir seperti kalimat _laa ilaaha illallah_ dengan suara keras dan sebagian lainnya memilih untuk diam. Diam alias tidak mengucapkan lafadz-lafadz tertentu ketika mengantarkan jenazah adalah pendapat yang benar.
Dilarang mengiringi jenazah disertai dengan tangisan maupun rintihan atau berkata-kata dengan suara keras, sebagaimana dalam sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
لا تتّبع الجنازة بصوت ولا نار
_"Jangan kamu mengiringi jenazah dengan rintihan suara dan (membawa) api" (Hasan: Ahkamul Janaiz dan Aunul Ma'bud) _[Lihat Kitab Al-Wajiz]_
Termasuk juga berdzikir, hendaknya bagi seseorang yang mengantarkan jenazah ke kuburan untuk tidak melafadzkan dzikir maupun ucapan yang lainnya.
Dari Qais bin Abbad Radhiyallahu 'Anhu ia berkata:
كان أصحاب النّبي صلّى الله عليه وسلّم يكرهون رفع الصّوت عند الجنازة
_"Adalah para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam benci mengeraskan suara ketika mengiringi jenazah"._ (HR. Al-Baihaqi)
Disamping itu, perbuatan tersebut menyerupai kebiasaan kaum Nashrani, yang mana kebiasaan mereka ketika mengiringi jenazah membaca Injil, mereka sambil menyanyikan suara-suara sendu yang melambangkan belasungkawa. _[Lihat Kitab Al-Wajiz]_
قال الإمام النّوويّ رحمه الله:
يُستحبّ له أن يكون مشتغلاً بذكر اللّه تعالى، والفكر فيما يلقاه الميت وما يكون مصيرُه وحاصلُ ما كان فيه، وأن هذا آخرُ الدنيا ومصيرُ أهلها؛ وليحذرْ كلَّ الحذر من الحديث بما لا فائدةَ فيه، فإن هذا وقتُ فِكر وذكر تقبحُ فيه الغفلةُ واللهو والاشتغال بالحديث الفارغ، فإن الكلامَ بما لا فائدة فيه منهيٌّ عنه في جميع الأحوال، فكيف في هذا الحال.
واعلم أنّ الصوابَ المختارَ ما كان عليه السلفُ رضي اللّه عنهم السكوتُ في حال السير مع الجنازة فلا يُرفع صوتٌ بقراءة ولا ذكر ولا غير ذلك، والحكمة فيه ظاهرة وهي أنه أسكنُ لخاطره وأجمعُ لفكره فيما يتعلق بالجنازة وهو المطلوبُ في هذا الحال، فهذا هو الحقّ، ولا تغترّنّ بكثرة من يُخالفه، فقد قال أبو عليّ الفُضيل بن عِياض رضي اللّه عنه ما معناه: الزمْ طرقَ الهدَى، ولا يضرُّكَ قلّةُ السالكين، وإياك وطرقَ الضلالة، ولا تغترَّ بكثرة الهالكين.
Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata: "Dianjurkan bagi orang yang mengantarkan jenazah untuk menyibukkan dirinya dengan mengingat Allah dan merenungkan apa yang akan dia temui setelah kematian, bagaimana tempat kembalinya, dan apa yang akan dia dapatkan di sana, serta memikirkan bahwa kematian merupakan penghujung dunia dan kondisi akhir penduduk dunia.
Kemudian, jangan sekali-kali berbicara mengenai sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Karena pada saat itu adalah waktu untuk merenung dan berpikir tentang kehidupan setelah mati. Sangat tercela jika digunakan untuk hal yang melalaikan, main-main, dan sibuk dengan omong kosong. Karena berbicara yang tidak ada manfaatnya terlarang dalam setiap keadaan, maka baimana lagi dalam kondisi semacam ini.
Kemudian ketauhilah, bahwa (pendapat) yang benar dan sesuai dengan kebiasaan para sahabat adalah diam ketika mengiringi jenazah. Tidak boleh mengeraskan suara dengan membaca Al-quran atau dzikir, atau bacaan lainnya. Hikmahnya sangat jelas yaitu agar lebih tenang dan konsentrasi memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan jenazah, Inilah (pendapat) yang benar. Dan jangan tertipu dengan banyaknya orang yang bersikap sebaliknya. Fudhail bin 'Iyadh Radhiyallahu 'Anhu berkata: _Komitmenlah dalam menempuh jalan hidayah, tidak akan membahayakanmu dengan sedikitnya yang mengikuti. Dan hati-hatilah dengan jalan kesesatan, jangan terperdaya dengan banyaknya yang mengikuti. _[Lihat Kitab Al-Adzkar Karya Imam An-Nawawi Asy-Syafii Rahimahullah dalam bab "ucapan-ucapan yang diucapkan para pengantar jenazah"]_
Wallahu A'lam. Semoga Bermanfaat
*✏ Abul Fata Miftah Murod, Lc*
Komentar
Posting Komentar